RINGKASAN HIDUP


Para keponakannya memanggilnya Empek Biauw Tik. Seorang penyayang, sangat mengasihi semua keponakannya. Empek Biauw Tik sangat berat hati terhadap anak anak Lo Biauw Hwie yang sudah yatim sejak kecil, maka perhatian empek Biauw Tik memang sangat luar biasa terhadap anak anak dari adiknya tersebut. Ada kenangan manis dari masa kecil Bertha Lo, menurutnya empeknya sangat hangat dan dekat dengan dia.

Lo Biauw Tik tidak dikaruniai anak kandung, sebab itulah maka dia sangat penyayang anak anak. Ada kesepakatan dengan adiknya yaitu Lo Biauw Tjwan, menyerahkan Lo Gwat Bing anak ke 4 dari Lo Biauw Tjwan dari usia bayi untuk adopsi oleh empeknya, dan resmi menjadi anaknya secara hukum. (Sumber : Ando Lu - Lo Kwie An) Dari Sumber yang sama diketahui ternyata Lo Gwat Liang juga diambil anak angkat oleh Lo Biauw Tik, tapi diusia belasan tahun

Pada jaman itu, Lo Biauw Tik adalah seorang pengusaha sukses. Punya peternakan sapi yang di masa itu merupakan perusahaan bergensi (biasanya hanya orang Belanda saja yang punya usaha itu) cukup besar, yang hasil susu perahnya mensuplai rumah sakit rumah sakit di daerah itu. Selain Peternakan, Dia juga menggeluti bisnis palawija, Pabrik Kecap, bikin taocoo, bikin terasi, petis & kerupok UDANG. Keluarga Lo yang dipimpin oleh Lo Biuw Tik menggeluti usaha sebagai agen rokok dan dagang tembakau, juga agen minyak/bensin dari BPM (Britis Petroleum Maskapai)

Ada kenangan manis dari Lo Gwat Liang sehubungan dengan kecap : "Biasanya kalau engkong Bareng (The Ban Djiang) masak kecap, kita pasti titip telor ayam masak untuk di masukan di kecapnya, nah telor itu dimasak dengan kulite yang sudah di remek2, jadi telornya tersa manis dan bisa ada garis2nya kecap, senang sekali KITA 👍😄"

Dari Lo Gwat Liang diketahui empek Biau Tik gemar mengikuti lelangan barang.

Keluarga Lo memiliki 4 rumah besar di Mojokerto : 2 Rumah di jalan stasion, dan 2 rumah di jalan Klenteng.

Sedangkan rumah dan usaha keluarga Lo di Mojowarno, ada di sketsa yang dibuat Lo Gwat Liang dibawah ringkasan cerita hidup.

Tragedy perang melawan Jepang mendatangkan banyak cobaan dalam usaha dan kehidupan keluarga Lo, terutama Lo Biauw Tik. Menurut Lo Kwie An (Cucunya, anak dari Lo Gwat Bing) mengingat cerita pamannya yaitu mendiang Lo Ik Djiang (Anak Ke 4 Lo Biau Hwie), empek Lo Biauw Tik mengalami depresi yaang luar biasa. Salah satu pukulan terbesar disebabkan karena hampir setiap hari, sapinya dicuri dan dirampok oleh serdadu Jepang. Belum lagi usahanya menurun drastis akibat banyaknya Belanda yang mulai pulang ke negaranya. Para Belanda itu alah konsumen utama hasil produksi usaha peternakan sapi. Situasi yang demikian, membuat LO Biauw Tik jatuh dalam kesedihan yang luar biasa. Bahkan sering ketika pesawat terbang lewat diatas atap rumah, dia berteriak : " Tembak dan bunuh saja aku!" Melihat ini kelurganya memtuskan untuk mengungsi ke Mojokerto, demi keamanan. Demikianlah cerita asal muasal rumah Lo Biauw Tik diMojowarni ditinggalkan dan dikuasai oleh para serdadu (dijadikan barak). Saat ini, rumah tersebut masih berdiri kokoh, walaupun dalamnya sudah banyak yang rusak, tapi luarnya digunakan untuk kantor polisi dan dikuasai oleh pemerintah negara Indonesia.

Seperti telah dikisahkan diatas, Lo Biauw Tik secara pribadi tidak dikaruniai anak kandung, melainkan mengangkat anak yaitu Lo Gwat Bing.

Untuk mengetahui lebih lanjut silsilah keluarga silakan klik di kanan/bawah.

FOTO PASANGAN LO BIAUW TIK & ISTRI (Generasi 2 Keluarga Lo)

CERITA KENANGAN

KENANGAN PERAYAAN IMLEK DI MOJOKERTO ( PADA MASA SEKITAR TAHUN 1970 AN)

Kenangan Cerita dari Lo Kwie An, cucu Lo Biaw Tik dari anak angkatnya yaitu Lo Gwat Bing.

Menurut Kwie An (panggilan akrab), IMLEk adalah hari besar yang sangant special. Di rumah engkongnya dulu di jalan Station no : 103 (Sekarang Jl. Bhayangkara) Mojokerto, emaknya tidak pernah lupa menyiapkan sesajen sembayangan di meja makan tepat di hari imlek. Meja panjang itu adalah meja makan yang disulap, diisi dengan banyak makanan dan buah buahan yang dipakai untuk meja sesajen sembayang untuk menghormati leluhur. Kwie An mengingat pastinya akan ada famili yang datang untuk sembayang di rumah engkongnya.

Salah satu yang selalu mengharapkan datangnya hari imlek adalah Marietje Lo , baginya itu adalah kesempatan untuk kumpul dam makan bersama sama keluarga besar.

Bukan itu saja, perayaan itu terus berlangsung hingga hari ke 15, yaitu Cap Go Meh. Malam menjelang tanggal 15, selalu ada perayaan di klenteng Mojokerto. Perayaan itu dimeriahkan dengan tarian Naga (Liang Liong), Lang Sai (Barongsai) dan mercon. Penontonnya sangat banyak, berjubel sampai ada yang kejegur got. Mereka berdesak desakan, apalgi ketika mercon meletus. Seketika mereka berlari karena takut kebledosan mercon, sampai ada yang jatuh masuk ke got.

Sang paman yaitu Lo Tjiok Boen (Anak Lo Biauw Tjwan) adalah salah satu pemain Liang Liong (tarian naga). Tarian naga itu dimulai dari belakang klenteng tepatnya di lokasi rumah duka (sekarang) dan Liang Liong itu berjalan menari nari sampai di depan klenteng.